TEMPO.CO, Shenzhen – Perusahaan teknologi komunikasi raksasa Huawei Technologies dari Cina mengandalkan pasokan piranti lunak atau software dari Amerika Serikat untuk divisi HiSilicon, yang memproduksi chip prosesor andalan Kirin.
Larangan berbisnis pemerintah Amerika Serikat membuat HiSilicon tidak bisa mendapatkan pasokan sejumlah piranti lunak dari perusahaan pemasok di AS.
“Divisi HiSilicon dari Huawei mengandalkan software dari perusahaan AS seperti Cadence Design Systems Inc atau Synopsys Inc untuk mendesain chip,” begitu dilansir Reuters pada Sabtu, 8 Agustus 2020.
Pada Mei 2020, kementerian Perdagangan AS mengeluarkan perintah yang mewajibkan semua pemasok software dan perlengkapan manufaktur agar tidak berbisnis dengan Huawei tanpa mendapatkan lisensi terlebih dulu.
“Dari 15 September ke depan, prosesor andalan kami Kirin tidak bisa diproduksi. Chip berbasis Artificial Intelligence kami juga tidak bisa diproses. Ini kerugian besar bagi kami,” kata Richard Yu, CEO dari Unit Bisnis Konsumer Huawei.
HiSilicon juga mengandalkan pasokan produksi chip Kirin ke perusahaan asal Taiwan yaitu Taiwan Semiconductor Manufacturing Co, yang menggunakan peralatan dari AS seperti dilansir media keuangan Caixin dari Cina.
HiSilicon memproduksi berbagai macam chip untuk prosesor Kirin, yang hanya digunakan pada ponsel Huawei. Ini juga prosesor satu-satunya dari Cina yang dapat bersaing dengan prosesor buatan Qualcomm.
“Huawei mulai mengembangkan sektor chip sekitar sepuluh tahun lalu berawal dari ketertinggalan yang jauh menjadi hanya tertinggal sedikit dan kemudian bisa mengejar untuk menjadi pemimpin,” kata Yu. “Kami menginvestasikan jumlah sumber daya besar dan melewati proses yang sulit,” kata dia.